Kamis, 12 Maret 2020

SOLD 13 Mar/ Sigar Jantung




Pusaka tindih dhapur Sigarjantung
Temuan sungai Brantas
Pada dasarnya pusaka sejenis ini termasuk dhapur jalak, yang penyebutan sigarjantung berasal dari varian bentuk gembungnya yang dianggap seperti penampang jantung.
Sigar jantung, yang dulunya secara fungsional (masih) sebagai sebuah senjata tikam, tentunya gembungnya tetap serasi, hanya ramping pada daerah sogokan, justru terkesan menggembung karena terjadi dari odho-odhonya yang melengkung ekstrim seperti busur panah. Jadi sigarjantung tidak perlu gembung lebay seperti ular menelan telur burung unta.
Pasikutan prigel, tangkas.
Pamor mrutusewu ngerawit muyeg, sangat kecil dan detail.
Penuh seluruh wilah bolak-balik sampai pesi.
Bagian tepi berslorok kelabu, dengan saton aten hitam legam di tengah wilah.
Bobot tidak berat, tetapi pusaka kokoh dan keras.
Masih sanggup menancap pada koin kuningan maupun besi. Bukti kecanggihan teknologi metalurgi leluhur kita.
Odho-odho membujur jelas, dari janur sampai ujung landhep.
Kruwingan dangkal dengan tepi depan berakhir menjadi tikel alis.
Tikel alisnya lebar, menghimpit sogokan yang dalam dan garap.
Sogokan ini terkesan menyembul, terutama jika penyinaran cahaya dari samping.
Walaupun terkesan  menyembul, ciri khas jalakbudo tidak ada yang memakai poyuhan pada kedua ujung sogokannya.
Blumbangan dalam dan sejajar membentuk gulu meled gonjonya.
Perut gonjo gendut khas tangguh tua, tempat menancapnya pesi persegi.
Dapat kita amati pula bagian sisi samping gonjo tampak indah karena sedikit cekung.
Panjang wilah/pesi: 18cm / 6cm
Walaupun kesil, pusaka tetap garap dan proporsinya memenuhi keindahan dan kaidah rancang-bangun.
Pusaka ini disandangkan warangka sandang walikat dengan ukiran motif hapsari/ dedari/ bidadari, yang difinishing overlay prodo. Deder berpenampang blimbingan, dengan mendak aslinya.
Foto keadaan kotor ada di bawah halaman.
Tangguh estimasi Singhasari.
Mahar Rp. 6.500.000 termahar, Bp Fd, Bks