Pusaka tombak menur, yaitu tombak berukuran kecil yang
disematkan di ujung songsong/ tedhung agung/ payung kebesaran.
Tombak menur ini berdhapur Nogo manten
yang di daerah lain juga dikenal dengan sebutan "bandhotan".
Lipat tempa spasi rapat, tekstur nyabak.
Besinya keras padat matang tempa, disepuh (quenching/ pengerasan air)
dengan baik, sehingga tak mudah bengkok.
Pamornya keleng sawethu-wethune.
Walaupun kelengan, satu sisi seolah berpamor junjung derajat,
yang terjadi dari alur lipatan tempanya.
Sedangkan sisi baliknya memiliki warna besi abu kehijauan,
besi seperti ini oleh pecinta tosan aji dijuluki "ijo nelek lencung"
( hijau tahi ayam ) yang banyak diminati karena langka.
Sepanjang wilahnya ber odho-odho tegas.
Sor-soran berhias stilasi naga di kedua sisi.
Kedua naga ini tergolong bentuk primitif, tidak melukiskan naga secara detail naturalis.
Walau begitu, naganya terkesan serasi enak dilihat dan
tidak banyak sudut kaku.
Panjang wilah/ pesi: 12cm/ 4cm
Pesinya persegi.
Pusaka disandangkan deder lempuyangan tanpa warangka,
hanya ditutup singep kain pusaka. Kesemuanya bawaan pemilik
sebelumnya.
Tangguh estimasi Majapahit awal.
Telah berpindah status kepemilikan