Rabu, 19 Juli 2023

X 21 Jul/ Jalak Buda

 
Pusaka tindih dhapur jalak budo
Temuan Sungai Brantas, otentik.
Pasikutan prigel, tangkas. Taktis.
Lipat tempa spasi rapat, tekstur ngunthuk cacing (detail tekstur lihat foto paling bawah)
Pamor keleng sawethune,
dengan jenis besi saton aten (hati; inti) malelo kendogo, berkerlip indah
yang terjadi karena pengolahan pasir besi masih sederhana ( Ensiklopedia Keris; 276 ).
Sedangkan saton slorok baja tepinya hitam legam.
Secara umum masih utuh, dengan korosi tidak terlalu ekstrim,
kecuali pada bagian salahsatu sisi sirah cecak.
Konturnya masih nggodhong pohung
dan berkruwingan sampai hampir ujung,
membuatnya tampak estetika
sekaligus mengurangi bobotnya.
Sepanjang wilah ber odho-odho tegas menyiku.
Gandhiknya sedikit menonjol, tidak rata bilah,
menandakan generasi jalak "agak muda"
atau sudah merupakan peralihan dari Singhasari ke Majapahit.
Hal ini juga didukung dengan bentuk pesi yang oval.
Blumbangannya agak tinggi, dan terukir dalam.
Begitupula dengan tikel alisnya; tegas dan dalam,
Hampir memakan semua gandhiknya.
Sogokan dalam tetapi tidak sampai tembus, terukir
rapi dan terkesan mencuat keluar bilah.
Gonjo berperut lebar, dengan berhias ron dha pada buntutnya.
Panjang wilah/ pesi: 27cm/ 7cm
Pusaka dibalut warangka sandang walikat.
Deder belimbingan kombinasi ornamen logam.
Tangguh estimasi peralihan Singhasari ke Majapahit.
Telah berpindah status kepemilikan