Pusaka tindih dhapur
Waos/ tumbak/ tombak Burung Sumben
Pesi selongsong iras ( wilah dan methuk menyatu menjadi semacam pipa ).
Temuan Sungai Brantas.
Otentik.
Pasikutan dhemes, cantik, masih terlihat jelas garap dan estetika bentuknya.
Kontur wilah nggodhong pohung ( gembung daun singkong ).
Ujung lebar, lalu meramping pada pinggang sor-soran,
dan kembali melebar serasi pada sayapnya.
Methuk irasnya gendut, di Jatim disebut bentuk dandhang ngurep
(kuali nasi terbalik) dengan berhias seleran (ring) tunggal.
Methuk ini juga menyambung dengan pesi selongsongnya, tempat kayu landeyan menancap.
Sepanjang wilah ber odho-odho jelas.
Sogokan terukir jelas dan rapi. Dari kecil menjadi lebar mengikuti arah sayap tombak.
Satu sisi tombak utuh, satu sisi sedikit terkorosi pada sor-soran.
Umumnya pusaka temuan sungai seperti ini, karena kebanyakan sisi utuh adalah
sisi yang menghadap dasar sungai - dan sisi lebih terkorosi yang menghadap permukaan sungai.
Bagian yang terkorosi/ berlubang dapat menunjukkan banyak pelajaran. Diantaranya dapat
kita amati lapisan tempanya, sisi pengerasan sepuhan (quenching), dan ciri karakter korosi sungai alaminya.
OTENTIK original/ asli, silahkan dicermati wilahnya; lengkap untuk cacing dan sisa lapisan patina alami.
Panjang total pusaka dari ujung sampai selongsongnya : 44cm
Materi besi sudah teruji tidak mudah berkarat, walau tanpa tutup di udara ruangan.
Membuktikan pemilihan materi yang bagus, tempa mumpuni, dan estetika tinggi.
Tangguh estimasi Singhasari awal / peralihan Kadiri Dahanapura ke Singosari.
Dimaharkan keadaan sesuai keadaan aslinya, karena nilai keaslian dan kelangkaannya semakin tinggi, semakin indah dan bernilai utk dikoleksi / dirawat. Masih jauh membanggakan merawat pusaka kabudhan asli, dibandingkan menyimpan selusin benda "seolah" kabudhan, seolah 'nyingosari' dan 'seolah temuan'.
