Rabu, 23 Maret 2016

Lar Bango




Dengan semangat tetap saling belajar dan menguri-nguri budaya tosan aji Nusantara, sudah selayaknya kita bersama meluruskan bahwa senjata semacam ini bukanlah pedang Tartar/ Mongol.
Sudah seharusnya kita pahami bahwa pedang Lar Bango adalah asli berasal dari Nusantara, dengan ricikan-ricikan khasnya seperti kruwingan, sogokan, dan tikel alis rangkap. Salam budaya.
Relief yang mencerminkan pedang Lar Bango terdapat pada candi Palah ( Penataran ), pada bagian sayap kiri candi utama. Relief ini melukiskan sosok sedang menenteng pedang Lar Bango dengan tangan satunya membawa shankha/ changka/ terompet kerang simbol khas Wisnu dan Siwais di era tersebut.

Untuk informasi mengenai:

- Pedang Lar Bango kedua disini
http://kerisalbum.blogspot.com/p/just-for-share.html

- Pedang Lar Bango ketiga disini
http://kerisalbum.blogspot.com/p/pedang-lar-bango-3.html

















Pedang LarBango #5 disini
















Pedang LarBango #6 disini:





Varian deder/ hulu/ handel pedang Lar Bango:









Layaknya perjuangan seseorang dalam mewujudkan harapan, lika liku dalam mendapatkan pusaka idaman sangatlah berkesan. Mulai dari mengumpulkan informasi, menanting, berspekulasi atas keutuhannya ( pada umumnya pusaka temuan ditawarkan dengan keadaan kotor = keep the price and have the risk ), mencermati keaslian bekas lingkungan permukaan keraknya, memperkirakan bobot ( membedakan bobot logam dengan tanah/ logam yang sudah terkarbonasi dan termineralisasi ), bahkan sampai merasakan getaran dentingan logam jika dijentik ( tentu dengan seijin yang menawarkan pusaka ).

Disaat pembicaraan administrasinya pun kita masih mendapatkan resiko tidak berjodoh alias pusaka lepas dari kejaran, tentunya karena telah berjodoh dengan mereka yang lebih beruntung. Dalam hal ini kita harus kembali bersabar, menunggu datangnya kesempatan di kemudian hari...jika ada...dengan waktu yang tak kita ketahui. Dan mengulangi mulai dari awal apa yang telah kita lakukan sebelumnya.

Terkadang, saat kita menemukan pusaka yang pas dan sudah melalui tahapan diatas, setelah menguras tabungan, dan sesampainya pusaka diboyong ke rumah, disaat pembersihan pun masih ada kemungkinan resiko rusaknya pusaka karena faktor tertentu. Dengan pengalaman tersebut tentunya kita akan lebih cermat dan hati-hati dengan daerah-daerah yang harus diwaspadai. Pusaka temuan memerlukan kejelian, kesabaran, dan perlakuan yang berbeda dari pusaka umumnya. Kesemua hal dari pusaka temuan sangatlah menarik, bahkan menjadikan kita akan sayang jika harus membuang keraknya yang membatu. Bahkan menjadikan sayang jika harus mengelupas getah dhamar yang menempel pada pesi. Bahkan menjadikan sayang jika harus membuang lempengan-lempengan patina hitam ngilapnya.

Hal-hal yang telah kami alami diatas secara tidak sengaja menjadikan kumpulan petunjuk-petunjuk yang sangat berharga dan sangat setimpal dengan keringat pengorbanan dan kesabaran. Kesemua momen yang dinikmati akan membuahkan sebuah pemahaman tersendiri. Ketekunan mengulang perburuan atas dasar ketertarikan pada pusaka temuan ( sebagai contoh dalam hal ini adalah Pedang Lar Bango ) akan membuat kita tahu lebih dalam .

Atas pengalaman tersebut kita akan memahami tipikal logamnya, bobotnya, apakah berat dan besarnya sesuai bertumpu dengan pesi yang cuma sekian ukurannya. Disini menghasilkan kesimpulan bahwa bobotnya tentu ringan tetapi kokoh, sehingga mudah dimainkan ( responsif ) terhadap genggaman tangan. Selain itu kita akan lebih paham bentuk pesinya, materi hand guard nya, bentuknya seperti segi apa dan susun berapa, jenis kayu tipikal serat apa, dsb.
Segenap apresiasi tentunya juga membuat kita lebih paham bentuk umumnya. Mengapa dibuat menukik sekian derajat, mengapa memiliki tonjolan, fuller ( sogokan & kruwingan & tikel alis = khusus tikel alis hanya ada di pusaka-pusaka khas Nusantara ), mengapa memiliki punggung dan juga sekaligus memiliki dua sisi tajam. Dan masih banyak lagi.
Tak hanya ciri umum dan fungsionalnya saja, kesungguhan dan lika-liku dalam mendapatkan pusaka akan membuat kita lebih terbiasa mengamati dan mengerti rancang bangun secara spesifik dan lebih detail. Kita akan tahu proporsi perbandingan panjang punggung terhadap panjang seluruh bilah, kita akan lebih tahu bentuk asli penampangnya ( apakah bentuk jamur, bentuk T , bentuk trapesium, atau yang lainnya? ). Kita akan tahu bentuk asli kedua tikel alisnya, berbeda ataukah sama. Kita akan lebih tahu bentuk jalu nya, mencuat keluar melengkung, lurus mengikuti punggung serasi, ataukah lurus lalu mencuat, dsb. Kita jadi lebih tau masuknya kedalaman sogokan menyerong atau lurus saja. Kita jadi lebih tahu apakah pusaka kokoh padat, lentur, atau mudah bengkok. Dan masih banyak lagi.

Segenap apa yang telah dialami akan membuat kita tahu value atau nilai makna pusaka yang layak dikoleksi. Mana yang otentik dan tidak. Mana pusaka yang bertahan melawan waktu dan mana yang baru saja ditempa.

Kepuasan mendapatkan pusaka idaman adalah kualitatif; artinya memberikan makna tersendiri atas pengorbanan dan usaha kita. Kepuasan akan membuka pemahaman dan apresiasi terhadap pesona pusaka yang selanjutnya akan otomatis terkoneksi dengan kemampuan memahami makna filosofis sebuah pusaka, yang selanjutnya mampu merubah pribadi seseorang menjadi lebih baik.

Kepuasan mendapatkan pusaka temuan idaman bukanlah kuantitatif, kepuasan bukan suatu gengsi akan tingginya nominal mahar yang mampu dengan mudah dibeli ( oleh mereka yang sangat mampu ), kepuasan juga bukanlah mendapatkan nego fantastis murah meriah. Kepuasan adalah rasa, bukan ego.

Kepuasan mendapatkan pusaka temuan adalah milik mereka yang menyimpan seonggok fragmen sor-soran beserta gonjo dan pesinya yang mulai rontok, kepuasan bukan milik mereka yang mengesampingkan nilai otentik atas dasar keutuhan.